Wednesday, September 19, 2012

Tentang wanita itu


“Boarding”
Gadis mengamati layar telepon genggamnya, pesan itu berarti wanita itu sedang di dalam perjalanan ke Padang. Penerbangannya yang kedua dalam minggu ini. Beberapa hari yang lalu, wanita itu terbang ke Lampung, lalu ke Jakarta untuk menghadiri rapat dengan kementerian ESDM, lalu terbang ke Padang. Keliling Indonesia sudah menjadi agenda mingguan wanita itu. Terkadang diselingi dengan penerbangan keluar negeri. Wanita itu sangat menikmati setiap perjalanannya, bersentuhan langsung dengan budaya lokal, melihat-lihat keindahan alam yang unik di tiap daerah, mengunjungi pusat kerajinan tradisional, dan tidak lupa membeli cendera mata untuk keluarganya. Walaupun begitu, perjalanannya tidak selalu indah. Terkadang wanita itu juga harus menghadapi buaya di tengah sungai ataupun ancaman oleh orang-orang dari suku yang ternyata kemudian bersuku sama dengan menantunya. Wanita berusia 50 tahun itu masih terlihat muda, dengan tas punggung, celana jeans, dan sepatu kets yang selalu menjadi pakaian dinasnya setiap kali ke lapangan. Setiap orang yang melihatnya untuk pertama kalinya tidak akan percaya kalau ternyata dia hampir mempunyai seorang cucu. Hidup yang sempurna di mata gadis, dan karir yang menjadi impian gadis.

Tetapi gadis tahu pasti bahwa hidup wanita itu tidak selalu seperti itu. Ada masa ketika wanita itu harus meniti karir dari awal karena tempat dia bekerja selama 7 tahun tiba-tiba pindah kota. Saat itu, dia harus merelakan pekerjaannya karena pernikahan beda kota untuk waktu yang permanen tidak pernah ada dalam kamusnya. Ada masa ketika wanita itu harus merelakan sebagian besar waktunya mengurusi kedua anaknya, dengan karir baru yang belum jelas, sementara teman-teman di sekitarnya karirnya melejit, rumah dan kendaraannya bertambah, atau menikmati kuliah di luar negeri. Yah, wanita itu juga bukan manusia sempurna. Ada saat di mana dia merasa lelah. Gadis ingat sekali ketika itu, air di rumah mereka sudah berhari-hari tidak mengalir. Mereka harus menumpang mandi di mesjid dan mengambil air dari mesjid untuk keperluan lain. Saat itu, mereka sedang tidak mempunyai ART. Jadilah wanita itu dan kedua anaknya yang masih kecil-kecil mengangkut air. Namun apalah yang diharapkan dari anak-anak yang berusia 5 dan 6 tahun. Wanita itu harus bolak-balik di malam hari antara rumah dan mesjid yang untungnya persis berada di depan rumahnya. Lalu air itu harus dipindahkan ke dalam bak-bak agar embernya bisa dipergunakan kembali. Saat itulah, di tengah kelelahannya bekerja dan mengangkut air, wanita itu mengeluh dan berkata pada gadis “Mbak, semoga hidup kamu nanti lebih nyaman. Semoga kamu tidak perlu mengalami kesusahan seperti ini.” Kata-kata itu selalu gadis ingat dan gadis jadikan bekal untuk mantap menerima lamaran suaminya walaupun masa depan mereka masih penuh dengan ketidak pastian.

Yah, masalah ART memang bukan masalah yang baru dihadapi wanita-wanita bekerja masa kini. Saat itu, gadis ingat sekali bahwa wanita itu harus membereskan dan membersihkan rumah setelah anak-anaknya tidur. Pada dini hari itulah, wanita itu menyapu dan mengepel lalu memasak untuk sarapan dan bekal anak-anaknya. Setelah itu menyiapkan anak-anaknya untuk pergi sekolah, mengantar mereka, lalu pergi ke kantor. Setelah jam makan siang, menjemput anak-anaknya, menitipkannya di rumah saudaranya atau tetangganya, lalu kembali lagi ke kantor. Sepulangnya dari kantor, menyiapkan makan malam dan terkadang masih harus mengangkut air. Ah tetapi, Allah memang Maha Baik. Selama periode waktu itu, saat wanita itu harus ke sana kemari, melakukan semuanya sendiri, dia tidak pernah jatuh sakit. Untuk seseorang yang sempat masuk rumah sakit di masa mudanya dan divonis dokter bertubuh lemah sehingga tidak boleh kecapekan, wanita itu diberi kekuatan untuk bisa mengurusi keluarganya dengan baik.

Dan perlindungan wanita itu terhadap anak-anaknya, tidak berhenti sampai urusan domestik saja. Gadis ingat sekali betapa wanita itu berubah menjadi harimau ketika beliau berusaha menyelamatkan kesejahteraan mental dan fisik anaknya. Berbeda dengan wanita lain yang hanya menangis-nangis melihat luka-luka di badan anaknya, wanita itu maju menghadapi jaringan teroris di kampus (yang katanya) terbaik di Indonesia. Dia tidak gentar untuk membawa permasalahannya ke jalur hukum. Dia tidak takut menghadapi segala macam rintangan yang ada di hadapannya. Seakan-akan beliau berkata, hamil itu berat, melahirkan itu sakit, membesarkan anak itu sulit, dan kamu harus berhadapan denganku ketika kamu berani melukai anakku.
Ketika anak-anaknya mulai beranjak dewasa dan tidak lagi terlalu tergantung padanya, Allah selalu menemukan wanita itu dengan banyak orang-orang baik. Merekalah yang secara langsung dan tidak langsung membimbing dan menunjukkan jalan untuk wanita itu sehingga dalam waktu tidak lama, karirnya melejit seperti saat ini.  

Aahhh, banyak sekali kenangan gadis akan ketergantungannya pada wanita itu. Lagu I Turn To Younya Christina Aguilera benar-benar menggambarkan apa yang gadis rasakan untuk wanita itu. Yah, untuk gadis, wanita itu selalu menjadi tumpuannya, selalu bisa menyelesaikan masalahnya. Gadis merasa, selama wanita itu ada di sekitarnya, semua masalah pasti akan terpecahkan.

Dan sekarang, saat gadis berada di pintu gerbang menjadi wanita itu, gadis sering merasa ragu. Bisakah gadis menjadi wanita itu? Bisakah gadis menjadi karang yang tahan menghadapi tiap hantaman gelombang? Bisakah gadis menjadi tumpuan seperti wanita itu selalu menjadi tumpuan untuk gadis? Apalagi saat gadis dihadapkan pada pilihan yang sama, antara keluarga atau karir impian. Ego gadis yang terasa sangat besar tidak rela melepaskan karir yang sudah menjadi impian seumur hidupnya. Aahhh, rasanya saat ini, kemampuan gadis masih jauh dari wanita itu.

No comments: